Novel
--------------
Resensi Novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata
Resensi Novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata
Judul : Orang-orang Biasa (Ordinary People)
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Halaman : xii + 300
Cetakan : Pertama, Februari 2019
ISBN : 978-602-291-524-9
Genre : Fiksi
Andrea Hirata merupakan
penulis yang terkenal bukan hanya di kalangan pembaca tanah air, tetapi juga di
kancah internasional, seperti salah satu novel yang meledak di pasaran yaitu
Laskar Pelangi dan sudah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa asing. Novel ini
merupakan novel ke-10 yang diterbitkan oleh Andrea Hirata bersama Penerbit
Bentang Pustaka. Novel ini saya peroleh sebagai hadiah dari salah seorang terkasih. Kamu bisa
memperolehnya di toko buku terdekat di kota mu, jika masih tersedia. Yuk, tanpa
berlama-lama lagi, mari kita ulas novel ini dari sudut pandang saya.
--------------
Kota Belantik, kota kecil yang masyarakatnya penuh dengan kedamaian,
berdamai pula dengan kemiskinan, kota yang tenang, tidak ada yang namanya
tindakan kriminalitas, bahkan masyarakat di kota ini dapat memarkirkan sepeda motornya
tanpa harus mengunci ganda. Damai dan amanlah kota ini.
Novel ini dibuka dengan cerita Inspektur Abdul Rojali dan
polisi muda Sersan P.Arbi yang hari demi hari hanya berpangku tangan menunggu
datangnya masyarakat untuk melaporkan kejahatan yang terjadi, terlihat dari papan
tulis statistik kejahatan sudah lama tidak disentuh. Sesekali kantor polisi itu
sibuk juga yaitu pada saat anak-anak remaja baru tamat sekolah menengah minta
dibuatkan surat berkelakuan baik karena mau merantau ataupun mencari
kerja.Inspektur ini juga sangat mengidolakan Shah Rukh Khan. Inspektur sangat
mengingat setiap perkataan Shah Rukh Khan di dalam film yang telah ditontonnya,
tak lupa dengan kacamata hitamnya, jujur dan gagah berani membasmi kejahatan
yang merajalela, sehingga dapat dikatakan Shah Rukh Khan menjadi role model di
dalam setiap aksi heroiknya.
Cerita ini berlanjut dengan cerita 10 anak sekolah yang
merupakan satu geng di sekolah tersebut. Mereka adalah Handai, Tohirin, Sobri,
Salud, Honorun, Rusip, Nihe, Dinah, Junilah dan Debut. Mereka bukan orang yang
hebat, apalagi pintar, sungguhlah kata
tersebut jauh dari mereka. Ada saja kelakuan mereka yang membuat orang
geleng-geleng kepala. Mereka merupakan geng yang payah dalam segala hal, bahkan
jika diibaratkan ada atau tidak ada mereka, tidak memberikan dampak sama
sekali. Tahun demi tahun mereka lewati
hingga dewasa dan memiliki keluarga, tetapi nasib mereka tak pernah beranjak sedikit
pun dari hidup mereka. Masih saja seperti dulu.
Kota Belantik akhirnya digegerkan dengan kasus pencurian yang
dilakukan sekelompok orang. Sebelum aksi tersebut dilakukan, rencana mereka telah
diendus oleh Inspektur. Aksi ini dilakukan
pada saat pawai terbesar di kota tersebut. Kasus pencurian ini merupakan
sejarah terbesar yang ada di kota tersebut. Dengan adanya kasus ini, Inspektur merasa
hidup kembali, darahnya mendidih, matanya menatap tajam, siap menangkap kriminal-kriminal itu
Novel ini dikemas dengan menarik, terdapat sensasi menggelitik di beberapa bagian. Ketelitian penulis dalam menceritakan setiap kondisi membuat saya tenggelam didalamnya. Nove ini juga memiliki klimaks yang tak terduga.
Siapakah mereka-mereka ini yang sanggup menggegerkan seluruh
kota Belantik? Apakah Inspektur berhasil memecahkan kasus ini dan meringkus kriminal-kriminal
itu? Bagaimana sepuluh sahabat ini menjalani hidupnya di kota Belantik? Apakah
kisah mereka akan terus berakhir dengan nasib yang sama?
--------------
Berikut ini beberapa kutipan di novel Orang-orang Biasa.
Guru yang semua muridnya pintar, merasa tak berguna. Wasit
yang tak mengeluarkan kartu merah, merasa makan gaji buta. Kesempurnaan
memaknai hidup manusia, ketidaksempurnaan melengkapinya.
“Maaf, Kawan, uang korupsi, uang haram, sesen pun aku tak
mau menyekolahkan anakku dengan uang ini”.
Inspektur takjub, bagaimana orang-orang biasa dapat merasa
senang atas hal-hal sederhana.
--------------
Kekurangan Novel Orang-orang Biasa
Saya memberanikan diri untuk menuliskan kekurangan novel ini
dari sudut pandang saya.
Nama – nama tokoh dalam novel ini sangat banyak, sehingga
bagi pembaca yang kesulitan mengingat nama perlu kerja ekstra dalam mengingat
nama juga karakter masing-masing tokoh.
Saya merasa penulis terlihat terburu-buru mengakhiri novel
ini, dalam artian saya masih berada di puncak cerita bagaimana para kriminal
ini menyelesaikan aksinya. Saya masih terlena untuk menunggu lebih banyak bagaimana
keadaan mereka setelah aksi perampokan tersebut.
--------------
Pesan yang tersirat dalam Novel Orang-Orang Biasa
Menjaga integritas diri sangatlah penting, kita bisa lihat
dari sosok Inspektur Abdul Rojali yang sampai akhir cerita menunjukkan bahwa ia
adalah sosok yang jujur, tidak terima suap bahkan mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya tanpa pamrih
Mencintai pekerjaan yang kita geluti. Bagaimana Inspektur
Abdul Rojali menghidupi pekerjaan yang diembannya, dan melalui pekerjaannya, ia
dapat menolong oranglain dan berkontribusi besar bagi masyarakat
Pendidikan TETAP membutuhkan dana. Ini yang menjadi “sentilan”
bagi dunia pendidikan, banyak orang-orang kecil yang masih sulit menggapai
mimpi dan keinginannya hanya oleh kekurangan dana, sehingga mimpi mereka akan
dikubur dalam-dalam karena ketidakmampuan dari orangtuanya.
Cinta orangtua begitu besar pada anaknya, apapun akan mereka
lakukan demi mewujudkan mimpi anak-anak mereka. Jikalau dahulu kala para
orangtua tidak dapat menggapai mimpi mereka, jangan sampai anaknya mendapat hal
yang sama dengan mereka. Jejak langkah kaki para anak harus jutaan langkah lebih
maju dibanding para orangtua.
Terakhir, jika saat ini kamu menyatakan dirimu adalah
orang-orang biasa, dari novel ini, Andrea Hirata ingin menyampaikan bahwa
orang-orang biasa pun mampu melakukan hal yang luar biasa. Kamu sanggup melakukan hal yang luar biasa
lebih dari apa yang kamu pikirkan.
Selamat membaca.
0 comments:
Post a Comment