Sudah Hilangkah Keadilan di negaraku?


Rabu,10 Mei 2017. Rasanya baru kemaren tepatnya 1 Desember 2016 sidang pertama ahok di Pengadilan negeri Jakarta Utara dilaksanakan dengan kasus penistaan agama yang awalnya dipicu oleh pemotongan durasi video yang dilakukan oleh Buni Yani. Di dalamnya berisikan pidato ahok pada saat berkunjung untuk meresmikan panen pertama budidaya ikan kerapu. Pilkada sudah hampir di depan mata, ahok sempat membahas sedikit tentang pilkada yang akan dilaksanakan, Ahok dengan sangat jelas menyinggung oknum-oknum yang sengaja memakai surat Al-Maidah 51 untuk meraup suara ketika pilkada dilaksanakan. Hal tersebut bukanlah hal tabu bagi masyarakat Indonesia, memilih pemimpin tidak melihat rekam jejak dan kualitasnya melainkan agama yang dianutnya apa. Itu lah yang sedang diingatkan oleh Ahok, pilihlah pemimpin yang bekerja untuk rakyat bukan untuk keuntungan pribadi sendiri maupun kelompok, mensejahterakan kehidupan rakyat dan bukan mensejatherakan dirinya. 


Sidang yang harus dijalani Ahok kurang lebih 6 bulan ini begitu menyita banyak waktu dan tenaga  di tengah jabatannya sebagai gubernur dan petahana di pilkada DKI Jakarta. Ahok meminta maaf kepada seluruh masyarakat DKI Jakarta karena ia tidak bisa memaksimalkan pekerjaannya sebagai gubernur dikarenakan ia harus tetap mengikuti jalannya persidangan setiap hari selasa seperti yang telah di jadwalkan. Ini merupakan hal yang tepat untuk dilakukan oleh seorang pemimpin.


Di tengah peliknya kasus penistaan agama yang membawa namanya, dengan secara gamblang kita mengetahui hampir seluruh saksi yang diberikan oleh jaksa penuntut tidak berada di TKP, mereka hanya melihat dari rekaman, harusnya keabsahan mereka dipertanyakan. 


9 Mei 2017 Jakarta dibuat gempar dengan keputusan Hakim yang memutuskan Ahok divonis 2 tahun hukuman penjara, mungkin bukan hanya Jakarta yang dibuat gempar, melainkan seluruh Indonesia. Jika dikaji lebih dalam, ini sebenarnya keputusan yang aneh, jika kita mengikuti simpulan sidang -sidang Ahok selama ini, yang kita lihat dan saksikan, semua yang pernyataan saksi bisa disanggah oleh pihak tim pembela Ahok. Sampai-sampai putusan hakim mengejutkan banyak pihak, bukan hanya di dalam negeri bahkan dunia internasional pun ikut memantau. Jika masing-masing dari kita bertanya kepada hati nurani, kita pasti akan menyatakan bahwa Ahok bukanlah penista agama seperti yang dituduhkan kepadanya selama ini. Ooohhh mungkin kah Yang Mulia Hakim Ketua terlalu takut dengan massa, karena jikalau ia membebaskan Ahok masssa akan mengutukinya, mencoba menggulingkan dari jabatannya, atau mungkin akan disebut pengikut si kafir, atau mungkin ada permainan politik dibalik semua ini, karena jikalau kita ingat, Ahok dengan sangat percaya diri bahwa dia akan menyusun APBD dengan baik. Ada 2 badan yang ikut mengawasi APBD yaitu KPK dan BPK, sehingga jika ada terdapat manipulasi uang di dalamnya, 2 pengawas ini akan segera mengetahui dana kan menindaklanjutinya. Begitu sayangnya Ahok dengan uang rakyat Jakarta, pada saat ia akan  melepas seragam Gubernurnya, ia masih berusaha untuk memborgol dan mengunci semua agar tidak terjadi korupsi didalamnya. Sampai akhir dia tetap membuktikan bahwa ia Bersih, Transparan, Profesional seperti jargon yang selalu ia gaung-gaungkan.


Sungguh miris negara kita ini. Begini kah keadilan di negeri kita ini, begitu menakutkan. Sedikit-demi sedikit mereka membuka peluang untuk intoleran dan ketidakadilan masuk ke negara kita ini. Bagi kami yang minoritas hal ini merupakan ancaman. Putusan Yang Mulia Hakim Ketua menunjukkan, keadilan sulit untuk ditemukan di negara kita, orang baik dan benar dinilai jahat dan tidak layak mendapat kesempatan di mata hukum negara kita. Jangan sampai orang-orang baik, kompeten dan berintegritas perlahan mengambil langkah mundur, karena hopeless melihat hukum di negara kita ini. 


Bagi kita yang hancur dengan putusan tersebut, jangan terlalu lama bersedih. Negara kita butuh pribadi yang jiwa dan hatinya mau berkorban bagi negara. Jika kita akhirnya memutuskan ‘bodo amat’ dan lepas tangan bagi Indonesia, maka kita akan melihat negara kita perlahan akan jatuh kepada tangan-tangan yang jahat dan haus kekuasaan. Bagi Pak Drajot, selesaikan apa yang telah kalian mulai bersama dengan Ahok, walaupun kali ini bapak yang akan mengakhirinya dengan tangan bapak sendiri tanpa Ahok disampingmu. Mati tunjukkan pada kami, masih ada orang baik di sistem pemerintahan di Indonesia ini, kalian adalah legend yang akan dikenang warga Jakarta dan Indonesia. Mari bagi jiwa-jiwa muda belajar sebaik mungkin, mari layanilah negara kita ini. Bumi pertiwi membutuhkan kita. 

Song......

IBU PERTIWI
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang

Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu

Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa

Related Articles

0 comments:

Post a Comment